Al-Kindi

Posted by

Al-Kindi (ق الكند يعقوب بن اسحا) merupakan filsuf pertama yang lahir dikalangan kaum muslimin. Beliau memiliki nama lengkap Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy'ats bin Qais al-Kindi.Nama al-Kindi berasal dari nama salah satu suku arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah.Ayahnya bernama Ibnu as-Sabah pernah menjabat sebagai gubernur Kufah pada masa al-Mahdi (755–785 M) dan Harun al-Rasyid (786–809 M).Al-Kindi lahir di Kufah tahun 800M.Al-Kindi adalah seorang filsuf, matematikawan, fisikawan, astronom, dokter, geografi dan bahkan seorang ahli dalam musik. Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi, astrologi, aritmatika, musik(yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik.Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmupengetahuan yang berkembang pada saat itu. Tetapi di antara dari sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal itu disebabkan karena matematika bagi al-Kindi adalah mukadimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat.Mukadimah itu begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dahulu menguasai matematika.Matematika disini meliputi tentang bilangan, harmoni, geometri, dan astronomi. Tetapi yang paling utama dari seluruh cakupan matematika disini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun. Disini kita bisa melihat samar-samar pengaruh
filsafat Pitagoras.Pada masa kecilnya al-Kindi sempat merasakan masa pemerintahan khalifah Harun ar-Rasyid yang terkenal kepeduliannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan bagi kaum muslim. Ilmu
pengetahuan berpusat di Baghdad yang sekaligus menjadi pusat perdagangan. 

Pada masa pemerintahan ar-Rasyid sempat didirikan lembaga yang disebut bayt al-Hikmah (Balai Ilmu Pengetahuan).pada waktu al-Kindi berusia 9 tahun ar-Rasyid wafat dan pemerintahan diambil alih oleh putranya al-Amin yang tidak melanjutkan usaha ayahnya ar-Rasyid untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Namun setelah beliau wafat pada tahun 185 H (813 H) kemudian saudaranya al-Makmun menggantikan kedudukannya sebagai khalifah (198-228 H) ilmu pengetahuan berkembang pesat. Fungsi Bayt al-hikmah lebih ditingkatkan, sehingga pada masa pemerintahan al-Makmun berhasil dipadukannya antara ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu asing khususnya dari Yunani.Dan pada waktu inilah al-Kindi menjadi sebagai salah seorang tokoh yang mendapat kepercayaan untuk menterjemahkan kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab, bahkan dia memberi komentar terhadap pikiran-pikiran pada filosuf Yunani.

Al-Kindi telah mengadopsi ilmu-ilmu filsafat dari pemikiran tokoh filsafat Yunani, namun sebagai seorang filosuf Muslim, ia mempunyai kepribadian seorang Muslim sejati yang tak tergoda dan tetap mayakini prinsip-prinsip di dalam Islam. Al-Kindi mempunyai pandangan tersendiri tentang pengetahuan, menurutnya pengetahuan manusia itu pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
a) Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut pengetahuan inderawi,
b) Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut pengetahuan rasional, dan
c) Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan pengetahuan isyraqi atau iluminatif.

a. Pengetahuan Inderawi
Pengetahuan inderawi terjadi secara langsung ketika orang mengamati terhadap obyek-obyek material (sentuhan, penglihatan, pendengeran,pengcapan dan penciuman). Kemudian dalam proses yang sangat singkat tanpa tenggang waktu dan tanpa berupaya, obyek-obyek yang telah ditangkap oleh indera tersebut berpindah ke imajinasi (musyawwiroh),kemudian diteruskan ke tempat penampungannya yang disebut hafizhah(recolection). Pengetahuan yang diperoleh dengan jalan ini (Inderawi) tidak tetap dan akan selalu berubah; karena obyek yang diamati pun tidak tetap, selalu dalam keadaan menjadi, berubah setiap
saat, bergerak, berlebih-berkurang kuantitasnya, dan berubah-ubah pula kualitasnya. 

Pada dasarnya pengetahuan inderawi ini mempunyai kelemahan yang cukup banyak, sehingga pengetahuan yangdidapatkan belum tentu benar. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
• Indera terbatas, benda yang jauh terlihat kecil berbeda ketika benda tersebut berada di dekat kita, lalu apakah benda tersebut memang berubah menjadi kecil? tidak, keterbatasan kemampuan indera ini dapat memberikan pengetahuan yang salah.
• Kelemahan kedua adalah Indera menipu, gula yang rasanya manis akan terasa pahit ketika dirasakan oleh orang yang sakit, begitu juga udara yang yang panas akan terasa dingin. Sehingga hal ini akan memberikan
pengetahuan yang salah juga.
• Kelemahan ketiga ialah Obyek yang menipu, seperti ilusi, fatamorgana. Di sini Indera menangkap obyek yang sebenarnya tiada.
• Kelemahan keempat berasal dari indera dan obyek sekaligus, indera misalnya mata tidak dapat melihat obyek secara keseluruhan dan begitu juga obyek yang tidak memperlihatkan dirinya secara keseluruhan,
sehingga hal ini akan memberikan informasi pengetahuan yang salah pula.

b. Pengetahuan Rasional
Pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial dan bersifat immaterial.Obyek pengetahuan rasional bukan individu; tetapi genus dan spesies. Orang mengamati manusia sebagai yang berbadan tegak dengan dua kaki, pendek, jangkung, berkulit putih atau berwarna, yang semua ini akan menghasilkan pengetahuan inderawi. tetapi orang yang mengamati manusia, menyelidiki hakikatnya sehingga sampai pada kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk berfikir (rational animal = hewan nathiq), telah memperoleh pengetahuan rasional yang abstrak universal, mencakup semua individu manusia. Manusia yang telah ditajrid (dipisahkan) dari yang inderawi tidak mempunyai gambar yang telukis dalam perasaan. 

Kelihatannya sudah cukup jelas bahwa pengetahuan hanya terbagi menjadi dua, karena keduanya sudah saling melengkapi, tapi ternyata hal tersebut belum cukup.Indera (empiris) dan akal (rasio/logis) yang bekerjasama belum mampu mendapatkan pengetahuan yang lengkap dan utuh.Indera hanya mampu mengamati bagian-bagian tertentu tentang obyek.Dibantu oleh akal, manusia juga belum mapu memperoleh
pengetahuan yang utuh.Akal hanya sanggup memikirkan sebagian dari obyek.

c. Pengetahuan Isyraqi
Al-Kindi mengatakan bahwa pengetahuan inderawi saja tidak akan sampai pada pengetahuan yang hakiki tentang hakikat-hakikat. Pengetahuan rasional terbatas pada pengetahuan tentang genus dan spesies.Banyak
filosof yang membatasi jalan memperoleh pengetahuan pada dua macam jalan ini. Al-Kindi, sebagaiman halnya banyak filosof isyraqi, mengingatkan adanya jalan lain untuk memperoleh pengetahuan lewat jalan isyraqi (iluminasi), yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh dari pancaran Nur Ilahi. Puncak dari jalan ini adalah yang diperoleh para Nabi untuk membawakan ajaran-ajaran yang berasal dari wahyu kepada umat manusia.Para Nabi memperoleh pengetahuan yang berasal dari wahyu tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah untuk memperolehnya. 

Untuk memberi contoh perbedaan pengetahuan manusia yang diperoleh dengan jalan upaya dan pengetahuan para nabi yang diperoleh dengan jalan wahyu, Al-Kindi mengemukakan pertanyaan orang-orang kafir tentang bagaimana mungkin tuhan akan membangkitkan kembali manusia dari dalam kuburnya setelah tulang-belulangnya hancur menjadi tanah; sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an surah Yasin ayat 78-82. Keterangan yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur'an ini amat cepat diberikan oleh nabi Muhammad saw. karena berasal dari wahyu tuhan, dan tidak yakin akan dapat dijawab dengan cepat dan tepat serta jelas oleh filosuf.

Pertanyaan yang diajukan pada nabi Muhammad saw. adalah sebagai berikut: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah membusuk?" Segeralah tuhan menurunkan wahyu jawabannya: "Katakanlah yang memberinya hidup adalah penciptanya yang pertama kali yang mengetahui segala kejadian, Dia yang menjadikan bagimu api dari kayu yang hijau, kemudian kamu menyalakan api darinya. Tiadakah yang telah menciptakan langit dan bumi sanggup menciptakan yang serupa itu?Tentu saja karena Dia maha Pencipta, maha Tahu. Bila Dia menghendaki sesuatu, cukuplah Dia perintahkan, "jadilah", maka iapun menjadi." 

Al-Kindi memberikan penjelasannya tentang ilmu yang berasal dari Tuhan sebagaimana dicerminkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an tersebut sebagai berikut:"Tidak ada bukti bagi akal yang terang dan bersih yang lebih gamblang dan ringkas daripada yang tertera dalam ayat-ayat Al-Qur'an tersebut, yaitu bahwa tulang-belulang yang benar-benar telah terjadi setelah tiada sebelumnya, adalah sangat mungkin apabila telah rusak dan busuk ada kembali. Mengumpulkan barang yang berserakan lebih mudah daripada membuatnya dari tiada, meskipun bagi Tuhan tidak ada hal yang dapat dikatakan lebih mudah ataupun lebuh sulit.Kekuatan yang telah menciptakan mugkin menumbuhkan sesuatu yang telah dihancurkan." 

Al-Qur'an menyebutkan bahwa tuhan telah menjadikan kayu hijau dan dapat dibakar menjadi api; hal ini mengandung ajaran bahwa sesuatu mungkin bisa terjadi dari lawannya. Tuhan menjadikan api dari bukan api dan menjadikan panas dari bukan panas. Jika sesuatu mungkin terjadi dari lawannya, maka akan lebih mungkin lagi sesuatu terjadi dari dirinya sendiri.

Al-Qur'an yang menyebutkan bahwa tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi berkuasa pula menciptakan yang serupa itu, karena Dia adalah tuhan yang maha pencipta lagi maha mengetahui.Al-Kindi menjelaskan bahwa hal tersebut dapat diyakini kebenarannya secara amat jelas tanpa memerlukan argumentasi apapun.Orang-orang kafir mengingkari penciptaan langit, karena mereka mengira bagaimana langit itu diciptakan, berapa lama waktu yang diperlukan jika dibandingkan dengan perbuatan manusia melakukan suatu pekerjaan.Sangkaan mereka itu tidak benar, tuhan tidak memerlukan waktu jika menghendakiuntuk menciptakan sesuatu.Tuhan berkuasa menciptakan sesuatu dari yang bukan sesuatu dan mengadakan sesuatu dari tiada.Sesuatu ada bersamaan dengan kehendak-Nya.

Al-Kindi mengakhiri penjelasannya tentang ayat-ayat Al-Qur'an yang dijadikan contoh-contoh di atas sebagai beriku: "Tak ada manusia yang dengan filsafat manusia sanggup menerangkan sependek huruf-huruf yang tercantum dalam ayat-ayat al-Qur'an yang diwahyukan kepada Rasul-Nya itu, yang menerangkan bahwa tulang-belulang akan hidup setelah membusuk dan hancur, bahwa kekuasaan tuhan seperti menciptakan langit dan bumi, bahwa sesuatu dapat terjadi dari lawannya. Kata-kata manusia tidak sanggup menuturkannya, kemampuan manusia tidak sanggup melakukannya; akal manusia yang bersifat parsial tidak terbuka untuk sampai pada jawaban yang demikian itu.

Pengetahuan Isyraqi ini, selain didapatkan oleh para nabi.Ada kemungkinan juga didapatkan oleh orang-orang yang beris, suci jiwanya, walaupun tingkatan atau derajatnya berada dibawah dari pengetahuan
yang dipeoleh para nabi.Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan para nabi yang diperoleh dengan wahyu lebih meyakinkan kebenarannya daripada pengetahuan para filosuf yang tidak dari wahyu.

Oleh Fakhrudin ArRazi


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 12:42 PM

0 comments:

Post a Comment